Siang itu gue resmi
Setelah adegan ngasih nomor itu selesai, akhirnya gue pun ber-sms ria dengan dia. Sorry nih, gue bukan blackberry user dengan fitur chat bbm-nya yang bisa bagi-bagi pin ke orang lain. Gue adalah seorang pengguna handphone biasa. Bagi gue, handphone itu yang penting bisa sms dan telponan. Right?
"Rumah lo dimana?"
"Mulai nge-blog dari kapan?"
"Ada niat buat nerbitin buku nggak?"
"Besok hujan nggak?"
"Nama gue siapa?"
Kira-kira itu beberapa pertanyaan yang dia tanya ke gue via sms. Gue dengan semangatnya pun membalas:
"Di rumah."
"Dari sejak bikin blog."
"Ada."
"Hujan ringan (17%) di Jakarta."
"Nama gue: Kevin."
Singkat cerita setelah ngobrol-ngobrol via sms, gue pun jadi tau dia adalah seorang Editor di Bukune. Gue jadi tau ternyata dia pengguna Blackberry. Gue jadi tau ternyata dia punya peliharaan kucing berkepala naga. Gue jadi tau kalo jari tangannya ada 12. Gue jadi tau kalo kalian udah ngabisin waktu sekedar buat baca ini.
Dan setelah disepakatin melalui Konferensi Meja Bundar, gue pun janjian ketemu dengan editor itu buat membahas kerja sama nerbitin buku. Mimpi jadi kenyataan! Ibaratnya sekarang itu gue udah ada di depan pintu bernama kenyataan, tinggal masuk doang.
Bali so tweet, follow me!
"Bilang sama sopir taksinya, di Sevel Mangga Besar aja. Deket kok dari Gajah Mada Plaza." sms gue.
"Oke." balasnya.
Gue pun dengan gaulnya jalan keluar rumah dengan tas kecil untuk menuju ke Sevel Mangga Besar. Sampai di Sevelnya, gue beli minum dulu, sob. Sambil menunggu-nunggu mereka yang lagi jalan kesini. 5 menit... 10 menit... mereka kok belom nyampe-nyampe ya?
"Udah sampe mana? Sevel Mangga Besar loh." sms gue dengan penasaran.
"Udah mau nyampe Sevel Mangga Besar nih, seberang Gajah Mada, kan?" dia bales sambil nanya.
"Waduh, bukan Sevel yang itu!! Kesinian lagi, Mangga Besar!" bales gue, panik.
5 menit.... belom ada balesan.
"Wah lo dimana? Gue udah bolak-balik sama sopir taksinya dari tadi, Sevel Mangga Besar cuman ada di seberang Gajah Mada ini." dia kemudian sms gue.
"Waduh nyasar jauh, bro. Yaudah tau Hotel Mercure nggak? Gue jalan kesana aja ya, kita ketemuan dulu di sana." bales gue, bersiap-siap jalan ke Hotel Mercure.
"Ooh Hotel Mercure? Gue tau, oke gue kesana ya."
Ah ternyata dia tau, hati gue langsung tenang. Gue jalan kaki ke Hotel Mercure yang lumayan jauh dan sukses bikin betis kaki gue nangis. 10 menit kemudian, gue nyampe dengan ganteng di depan Hotel Mercure.
Ini Mercure yang gue bilang ke dia.
Nggak berapa lama kemudian, dia nelpon gue.
"Halo, vin? Lo dimana? Gue udah di Hotel Mercure nih. Gue pake kemeja biru." kata dia.
"Ini gue udah di depan Hotel Mercure. Oke, gue pake baju merah ya." bales gue.
"Loh, lo dimananya? Kok nggak ada? Gue di depan Hotel Mercure nih!" sahut dia, nggak mau kalah.
"Loh, gue juga di depan Hotel Mercure nih!" sahut gue lagi, nggak mau kalah.
Gue mondar-mandir di depan Hotel Mercure nyariin sosok orang berkemeja biru sambil megang handphone. Tapi nggak ada.
"Kok nggak ada? Depan gue halte busway nih." gue ngasih tau dia.
"Halte busway? Tunggu.... Udah lo ke Sevel seberang Gajah Mada aja, vin. Sekarang." katanya.
Waktu udah menunjukkan pukul 17:30, padahal janjiannya jam 16:00. Ngaret gara-gara nyasar ini, kampret. Dengan lemes dan capeknya, gue langsung menyetujui ajakannya. Secepatnya, gue cari angkot yang menuju kesana, lalu naik. Iyalah masa gue liatin aja itu angkotnya.
Sampai di Sevel, gue ngasih tau dia via sms kalo gue udah nyampe. Iseng, gue masuk Sevel untuk ngadem sambil ngeliatin minuman. Tiba-tiba aja ada sms:
"Vin, lo masuk Sevel ya? Keluar!" sms si editor.
Gue langsung keluar dan sujud sukur karena akhirnya ketemu dia. AKHIRNYA!!!
Denah yang lagi-lagi gue gambar pake Paint.
"Senior gue udah nunggu disana tuh. Kita laper, jadi ngobrolnya disana aja ya? Sekalian gue pengin makan, hehehe." kata dia.
Gue cuman ngangguk-ngangguk dan ngikutin dia aja jalan kaki ke McCafe yang jaraknya nggak terlalu jauh dari situ. Langit mulai gelap, sob. Nggak beberapa lama kemudian, sampailah gue di McCafe. Ada senior si editor yang ternyata lagi asik makan ayam Mekdi. Gue langsung kenalan sama dia.
"Gue Fial, sori ya tangan gue kotor, lagi makan nih hehehe." kata dia memperkenalkan diri.
"Gue Kevin. Fial? Kayaknya gue pernah denger." langsung gue buka buku Benabook yang kebetulan gue bawa saat itu.
Yah... kecapek-an ini terobati setelah gue tau bahwa dia itu ternyata: Syafial Rustama (@syafial). Huahahaha dia adalah editor buku yang terbaru saat itu, Benabook! Dia juga yang udah menjadi editor buku-buku terkenal kayak SKRIPSHIT-nya @shitlicious, Koar-Koar Backpacker Gembel-nya @takdos, dan masih banyak lagi. Gue merasa beruntung bisa ketemu editor buku yang selama ini hanya gue ketahui namanya dari buku. Sekarang, secara langsung gue ketemu sama dia! Huehehe, nggak ketinggalan orang yang berjasa "nemuin" gue lewat twitter, Elly (@RyAzzura).
McCafe!
Singkat cerita, kita ngobrol-ngobrol banyak soal gimana kalo gue nerbitin buku, dunia tulis menulis, dan lain-lain yang berkaitan dengan buku. Sampai akhirnya saat itu juga Elly membuat outline untuk buku pertama gue yang mudah-mudahan jadi terbit. Yeah!
Selama dua minggu, gue nggak lepas dari komputer dan tentunya Microsoft Word buat ngetik naskah gue ini. Dan, setelah diberi sedikit asupan dari mereka, akhirnya naskah gue kelar. Sekarang lagi proses pengeditan aja. Doain aja lancar dan cepet terbit.
Sedikit tampilan folder naskah.
-------------------------------
Kabar terbaru yang gue dapet dari si editor, bulan depan (Juni), iya... buku gue dijadwalin terbit! Yeah!
Lanjut ke Pertemuan Absurd Dengan Editor - 2
0 komentar:
Posting Komentar